Minggu, 09 Maret 2014

askep kista endometrium



KISTA ENDOMETRIUM
A.    Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000)
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
B.     Etiologi
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan :
v   Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
v  Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
v  Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke rongga pelvis.
v  Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).

Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti:
v  Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada saat menstruasi
v  Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen
v  Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Teori lain menyebutkan :
v  Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi
v  Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)


Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain :
v  Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
v   Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
v   Menstruasi yang lama (>7 hari)
v  Spotting sebelum menstruasi
v  Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
v  Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
v  Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
v  Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
  
C.     Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
a)      Nyeri :
v   Dismenore sekunder
v   Dismenore primer yang buruk
v  Dispareunia
v  Nyeri ovulasi
v  Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
v  Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
v   Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
b)       Perdarahan abnormal
v   Hipermenorea
v  Menoragia
v  Spotting sebelum menstruasi
v  Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi


c)      Keluhan buang air besar dan buang air kecil
v  Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
v  Darah pada feces
v  Diare, konstipasi dan kolik

D.  Patofisiologi
         Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
E.     Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
a.       Uji serum
v  CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
v  Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
v   Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b.       Teknik pencitraan
v   Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
                   sensitifitas 11%
v   MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
F.      Penatalaksanaan
1)      Kolaboratif
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah, menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat dilaksankan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika menopause.
2)      Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).

Pencegahan yaitu menunda kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan kasar atau melakukan kerokan pada haid, Observasi pada pembesaran analgesik yaitu pemeriksaan periodik dan berkala, Pengobatan hormonal, Pembedahan dilakukan dengan histeroktomi total salfingo-oferektomi bilateral eksisi tempat endometriorisis
.
G.    Komplikasi
1.      Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon
2.      Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
3.      Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis









ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Riwayat Kesehatan Dahulu
a.         Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b.        Riwayat kesehatan sekarang
v  Dysmenore primer ataupun sekunder
v  Nyeri saat latihan fisik
v  Dispareunia
v  Nyeri ovulasi
v  Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
v  Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
v  Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
v  Hipermenorea
v  Menoragia
v  Feces berdarah
v  Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
v  konstipasi, diare, kolik.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
¾       Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
¾       Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
d.   Aktifitas dan istirahat
Gejala
v  Kelemahan atau keletihan akibat anaemia
v  Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
v  Adanya foktor – factor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan keringat malam
v  Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingungan dan tingkat sters tinggi
e.    Integritas Ego
Gejala : factor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan,   keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyngakal diagnosis dan perasaan putus asa
f.     Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya masalah nyeri
g.    Makanan dan Minuman
Kebiasaan diet buruk ( misalnya : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa )
h.    Neurosensori
Gejala : pusing, singkope
i.      Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamana ringan sampai nyeri berat
j.      Pernapasan
Gejala : merokok, pemajanan abses
k.    Keamanan Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
l.      Seksualitas
Gejala : perubahan pola respon seksual
m.  Interaksi social
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.         Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2.         Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertilitas
3.         Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh
C.     Intervensi Keperawatan
DX 1
1.    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi)
R/ untuk mendapatkan indikator nyeri
2.    Ajarkan tentang teknik non farmakologi
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri
3.    Kaji tipe dan sumber nyeri dengan menggunakan skala nyeri
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.

4.    Berikan pengobatan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus
DX 2
1.    Berikan motivasi kepada pasien
R/: mningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.
2.     Bina hubungan saling percaya
     R /: hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
3.    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
R /: mengidentifikasi hal – hal positif yang masih dimiliki klien.
1.    Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
R/ agar pasien tidak merasa ketakutanan dengan tindakan yang akan di lakukan
2.    Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
3.    Temani klien untuk mendukung keamaan dan menurunkan rasa takut
R/ agar pasien tidak merasa di tolak dalam lingkungan
4.    Ajarkan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi
5.     Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

`


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sehati Di Jogjakarta (Keraton Jogjakarta)

Jogjakarta kota pelajar dengan ukiran sejarah yang masih ada di setiap sudut kotanya. Berkunjung ke Jogja merupakan sebuah perjalanan yang s...