EMBOLI AIR KETUBAN
A. Pengertian
Emboli air ketuban umumnya terjadi pada kasus aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia
kehamilan 12 minggu. Bisa juga saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan
cara mengambil sampel air ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang
mengalami trauma / benturan berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus
EAK yang paling sering terjadi justru saat persalinan atau beberapa saat
setelah ibu melahirkan (postpartum). Baik persalinan normal atau sesar
tidak ada yang dijamin 100% aman dari risiko EAK, karena pada saat proses
persalinan, banyak vena-vena yg terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke
sirkulasi darah ibu. Emboli air ketuban merupakan kasus yang berbahaya yang
dapat membawa pada kematian. Bagi yang selamat, dapat terjadi efek samping
seperti gangguan saraf.
Emboli cairan ketuban adalah
gangguan dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran
darah. Cairan ketuban berisi sampah yang dapat menghambat pembuluh darah dan
mencairkan darah yang mempengaruhikoagulasi.
Emboli cairan ketuban menurut dr. Irsjad Bustaman, SPOG adalah masuknya cairan ketuban serta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang termasuk komponen dalam air ketuban adalah lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapiasan lemak janin.Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal )dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban . Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai.
Emboli cairan ketuban menurut dr. Irsjad Bustaman, SPOG adalah masuknya cairan ketuban serta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang termasuk komponen dalam air ketuban adalah lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapiasan lemak janin.Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal )dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban . Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai.
B. Etiologi
a.
Multiparitas dan
Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita
yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang
sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang
amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
b.
Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture arteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun
dapat masuk melalui pembuluh darah.
c.
Kematian janin
intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan
ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyumbat aliran darah
ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena
cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat
aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat
menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
d.
Menconium dalam cairan
ketuban
e.
Kontraksi uterus yang
kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi
atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan
vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang
nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan
akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
f.
Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari
adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan
masuk ke pembuluh darah ibu.
C. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala embolisme cairan
amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
Ø
Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan
reaksi anapilactis terhadap adanya bahan – bahan air ketuban dalam darah
terutama emboli meconium bersifat lethal.
Ø
Gawat janin ( bila janin belum
dilahirkan )
Ø
Edema paru atau sindrom distress
pernafasan dewasa.
Ø
Henti kardiopulmoner
Ø
Sianosis
Ø
Koagulopati
Ø
Dispnea / sesak nafas yang sekonyong –
konyongnya
D. Patofisiologi
Saat
persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama) vena,
terbuka akibat tekanan yang tinggi. Air ketuban beserta komponennya masuk
kedalam sirkulasi darah. Pada giliran berikutnya, aliran ketuban dapat
menyumbat pembuluh darah di paru – paru ibu, jika sumbatan di paru – paru
meluas, lama kelamaan akan menyumbat aliran darah kejantung, akibatnya timbul 2
gangguan sekaligus yaitu pada jantung dan paru – paru. Kondisi tersebut bisa
diperberat dengan terjadinya gangguan pembekuan darah. Adanya penyumbatan pada
vena, secara otomatis akan mendorong tubuh mengeluarkan zat – zat anti beku
darah untuk membuka sumbatan tersebut. Jika didiamkan zat anti beku darah akan
habis, padahal habisnya at penting ini bisa berujung pada perdarahan di jalan
lahir / dibagian tubuh lainnya, ini yang disebut dengan gangguan bekuan darah.
Jika tidak dapat pertolongan segera, ibu akan mengalami kejang – kejang, karena
otaknya kekurangan oksigen, bahkan bisa mengakibatkan kematian ibu.
E. Pemeriksaan penunjang
Ø
Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.
Ø
Tekanan vena sentralis dapat
meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah.
Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon.
Ø
Gambaran koagulasi ( fibrinogen,
hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk pecahan fibrin. Dan massa
trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal , menunjukkan DIC.
Ø
EKG dapat memperlihatkan regangan
jantung kanan akut.
Ø
Keluaran urin dapat menurun,
menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
Ø
Foto toraks biasanya tidak
diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan
defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
Ø Terapi
krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek
yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi )
Ø Penggatian
cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia &
perdarahan .
Ø Oksitosin
yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
Ø Morfin ( 10
mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
Ø Heparin
membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses
perbekuan
Ø Amniofilin (
250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme .
Ø Isoproternol
di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik
kira – kira 100 mmHg
Ø Kortikosteroid
secara IV mungkin bermanfaat .
Ø 0ksigen
selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif (PEEP)
mungkin diperlukan.
Ø Untuk
memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian trombosit.
Ø Bila
anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah
keadaan umum ibu stabil
Ø Terapi tambahan :
·
Resusitasi cairan
·
Infuse Dopamin untuk memperbaiki
cardiac output
·
Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
·
Terapi DIC dengan fresh froozen
plasma
·
Terapiperdarahan
pasca persalinandenganoksitosin
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Sirkulasi
a) Tekanan darah menurun/hipotensi.
b) Jantung melambat pada respons
terhadap curah jantung.
c) Bisa terjadi syok.
d) Gagal jantung kanan akut dan edema paru.
e) Sianosis.
2. Makanan cairan
a) Kehilangan darah normal akibat
pendarahan.
b) Nyeri dan ketidaknyamanan,khususnya
nyeri dada.
c) Gangguan pernapasan,takipnea.
3. Keamanan
a) Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa berkontraksi.
b) Peningkatan suhu (infeksi pada
adanya pecah ketuban lama).
c) Cairan amnion kehijauan karena ada
mekonium.
d) Perluasan episiotomi atau laserasi
jalan lahir.
e) Peningkatan tekanan intrauterus.
f) Merupakan penyebab utama kematian ibu intrapartum.
4. Genetalia
a) Darah berwarna hitam dari vagina
b) Peningkatan pendarahan vagina dan
tempat yang mengalami trauma pada saat melahirkan.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan
dengan hipovolemia,penurunan aliran dari vena.
2) Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan
pendarahan dan profil darah abnormal.
3) Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri sendiri
janin transmisi interpersonal.
C.
Intervensi
Keperawatan
DX 1
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan hipovolemia,penurunan aliran dari vena
Kriteria
hasil:
-
COP
dalam batas normal
Intervensi
1) Pantau tekanan darah dan nadi.
R/ Tekanan darah dan nadi dapat memberikan gambaran dan penurunan curah
jantung.
2) Kaji tekanan arteri rata-rata,kaji krekels,dan perhatikan frekuensi
pernapasan.
R/ Edema paru dapat terjadi pada perubahan tahanan vascular perifer dan
penurunan pada tekanan ostomik koloid plasma.
3) Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring ke kiri.
R/ Meningkatkan aliran balik vena curah jantung dan perfusi
ginjal/plasenta.
4)
Periksa nyeri tekan betis,menurunya
nadi pedal,pembengkakan,kemerahan local,pucat,dan sianosis.
R/ Menurunnya curah jantung,bendungan stasis vena,dan tirah baring lama
meningkatkan risiko tromboflebitis.
DX 2
Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan
hipoksia jaringan pendarahan dan profil darah abnormal
Kriteria hasil:
-
Menunjukan profil
darah dan pemeriksaan koagulasi normal.
-
Mempertahankan
pengeluaran urine.
intervensi
1)
Kaji jumlah darah yang
hilang,pantau tanda dan gejala syok.
R/ Pendarahan berlebihan dan menetap dapat
mengancam hidup ibu dan mengakibatkan infeksi post-partum,gagal ginjal,atau
nekrosis hipofisis yang di sebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
2)
Pantau respons yang
merugikan pada pemberian produk darah seperti alergi dan hemolisis.
R/ Pengenalan dan intervensi dini dapat mencegah situasi yang mengancam
hidup.
3)
Periksa petekie atau
pendarahan gusi pada ibu
R/ Menandakan perbedaan atau perubahan pada koagulasi.
4)
Berikan O2 dengan
ventilasi mekanis jika ibu tidak sadar.
R/ Untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu.
5)
Berikan heparin
bila diindikasikan.
R/ Heparin dapat digunakan pada kasus
kematian janin atau untuk memblok siklus pembekuan.
DX 3
Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri sendiri
janin transmisi interpersonal.
Kriteria hasil:
-
Menggunakan teknik
pernapasan dan teknik relaksasi yang efektif.
-
Berpartisipasi aktif
dalamp proses melahirkan.
Intervensi
1) Berikan lingkungan tenang,poSisikan ibu untuk kenyamanan.
R/ Menurunkan ketidaknyamanan,memfokus-kan perhatian ibu.
2) Anjurkan orang terdekat untuk tetap bersama ibu memberikan dukungan dan
membantu sesuai kebutuhan.
R/ Memungkinkan partisipasi penuh dari orang pendukung,meningkatkan harga
diri,mem-pertahankan kedekatan keluarga,menurun-kan ansiestas,dan memberikan bantuan
professional.
3) Bantu keluarga untuk dapat mengerti tentang informasi mengenai ibu,usahakan
keluarga tetap tenang.
R/ Membantu mengurangi kecemasan keluarga dan menolong keluarga mengurangi
perasaan sedihnya.
4) Berikan sedative sesuai anjuran.
R/ Dapat membantu memperlambat kemajuan persalinan dan memungkinkan ibu
meningkatkan control
DAFTAR PUSTAKA
Farrer, Helen. 2005. Perawatan
Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Manuaba, IBG. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :
EGC.
Saifuddin, AB. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, R. Prawiro. 1999. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifudin, Abdul dan Rochimhadi
Trijatmo . 2007 . Ilmu Kandungan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Doenges, Marilynn dan Moorhouse,
Mary . 2001 . Rencana Perawatan Maternal / Bayi Pedoman untuk Perencanaan
Perawatan Klien . Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk . 2000 . Kapita
Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga . Jakarta : Media Aesculapius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar