Minggu, 09 Maret 2014

askep emboli air ketuban



EMBOLI AIR KETUBAN

A.    Pengertian
           Emboli air ketuban umumnya terjadi pada kasus aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu. Bisa juga saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan cara mengambil sampel air ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang mengalami trauma / benturan berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus EAK yang paling sering terjadi justru saat persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan (postpartum). Baik persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin 100% aman dari risiko EAK, karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena yg terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli air ketuban merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian. Bagi yang selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf.
      Emboli cairan ketuban adalah gangguan dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Cairan ketuban berisi sampah yang dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhikoagulasi.
      Emboli cairan ketuban menurut dr. Irsjad Bustaman, SPOG adalah masuknya cairan ketuban serta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang termasuk komponen dalam air ketuban adalah lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapiasan lemak janin.Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal )dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban . Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai.

B.     Etiologi
a.    Multiparitas dan  Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
b.    Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture arteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.
c.    Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyumbat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
d.   Menconium dalam cairan ketuban
e.    Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
f.     Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.
C.    Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala embolisme cairan amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
Ø  Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan reaksi anapilactis terhadap adanya bahan – bahan air ketuban dalam darah terutama emboli meconium bersifat lethal.
Ø  Gawat janin ( bila janin belum dilahirkan )
Ø  Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa.
Ø  Henti kardiopulmoner
Ø   Sianosis
Ø  Koagulopati
Ø   Dispnea / sesak nafas yang sekonyong – konyongnya
D.    Patofisiologi
Saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama) vena, terbuka akibat tekanan yang tinggi. Air ketuban beserta komponennya masuk kedalam sirkulasi darah. Pada giliran berikutnya, aliran ketuban dapat menyumbat pembuluh darah di paru – paru ibu, jika sumbatan di paru – paru meluas, lama kelamaan akan menyumbat aliran darah kejantung, akibatnya timbul 2 gangguan sekaligus yaitu pada jantung dan paru – paru. Kondisi tersebut bisa diperberat dengan terjadinya gangguan pembekuan darah. Adanya penyumbatan pada vena, secara otomatis akan mendorong tubuh mengeluarkan zat – zat anti beku darah untuk membuka sumbatan tersebut. Jika didiamkan zat anti beku darah akan habis, padahal habisnya at penting ini bisa berujung pada perdarahan di jalan lahir / dibagian tubuh lainnya, ini yang disebut dengan gangguan bekuan darah. Jika tidak dapat pertolongan segera, ibu akan mengalami kejang – kejang, karena otaknya kekurangan oksigen, bahkan bisa mengakibatkan kematian ibu.

E.     Pemeriksaan penunjang
Ø   Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.
Ø  Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon.
Ø  Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal , menunjukkan DIC.
Ø  EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.
Ø  Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
Ø  Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.
F.     Penatalaksanaan
  Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
Ø  Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi )
Ø   Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
Ø  Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
Ø  Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
Ø  Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses perbekuan
Ø   Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme .
Ø   Isoproternol di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg
Ø   Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
Ø  0ksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif (PEEP) mungkin diperlukan.
Ø  Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian   trombosit.
Ø   Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil
Ø  Terapi tambahan :
·         Resusitasi cairan
·         Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
·          Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
·         Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
·         Terapiperdarahan pasca persalinandenganoksitosin




ASUHAN KEPERAWATAN

A.       Pengkajian
1.      Sirkulasi
a)       Tekanan darah menurun/hipotensi.
b)       Jantung melambat pada respons terhadap curah jantung.
c)      Bisa terjadi syok.
d)     Gagal jantung kanan akut dan edema paru.
e)      Sianosis.
2.      Makanan cairan
a)       Kehilangan darah normal akibat pendarahan.
b)       Nyeri dan ketidaknyamanan,khususnya nyeri dada.
c)      Gangguan pernapasan,takipnea.
3.      Keamanan
a)      Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa berkontraksi.
b)       Peningkatan suhu (infeksi pada adanya pecah ketuban lama).
c)       Cairan amnion kehijauan karena ada mekonium.
d)      Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir.
e)      Peningkatan tekanan intrauterus.
f)       Merupakan penyebab utama kematian ibu intrapartum.
4.      Genetalia
a)       Darah berwarna hitam dari vagina
b)       Peningkatan pendarahan vagina dan tempat yang mengalami trauma pada saat melahirkan.
B.       Diagnosa Keperawatan
1)      Penurunan curah jantung  berhubungan dengan hipovolemia,penurunan aliran dari vena.
2)      Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan pendarahan dan profil darah abnormal.
3)      Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri sendiri janin transmisi interpersonal.
C.       Intervensi Keperawatan
DX 1
Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia,penurunan aliran dari vena
Kriteria hasil:
-          COP  dalam batas normal
Intervensi
1)      Pantau tekanan darah dan nadi.
R/ Tekanan darah dan nadi dapat memberikan gambaran dan penurunan curah jantung.
2)      Kaji tekanan arteri rata-rata,kaji krekels,dan perhatikan frekuensi pernapasan.
R/ Edema paru dapat terjadi pada perubahan tahanan vascular perifer dan penurunan pada tekanan ostomik koloid plasma.
3)      Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring ke kiri.
R/ Meningkatkan aliran balik vena curah jantung dan perfusi ginjal/plasenta.
4)      Periksa nyeri tekan betis,menurunya nadi pedal,pembengkakan,kemerahan local,pucat,dan sianosis.
R/ Menurunnya curah jantung,bendungan stasis vena,dan tirah baring lama meningkatkan risiko tromboflebitis.
DX 2
Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan pendarahan dan profil darah abnormal
Kriteria hasil:
-           Menunjukan profil darah dan pemeriksaan koagulasi normal.
-          Mempertahankan pengeluaran urine.
intervensi
1)      Kaji jumlah darah yang hilang,pantau tanda dan gejala syok.
R/ Pendarahan berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup ibu dan mengakibatkan infeksi post-partum,gagal ginjal,atau nekrosis hipofisis yang di sebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
2)      Pantau respons yang merugikan pada pemberian produk darah seperti alergi dan hemolisis.
R/ Pengenalan dan intervensi dini dapat mencegah situasi yang mengancam hidup.
3)      Periksa petekie atau pendarahan gusi pada ibu
R/ Menandakan perbedaan atau perubahan pada koagulasi.
4)      Berikan O2 dengan ventilasi mekanis jika ibu tidak sadar.
R/ Untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu.
5)      Berikan  heparin bila diindikasikan.
R/ Heparin dapat digunakan pada kasus kematian janin atau untuk memblok siklus pembekuan.
DX 3
Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri sendiri janin transmisi interpersonal.
Kriteria hasil:
-          Menggunakan teknik pernapasan dan teknik relaksasi yang efektif.
-          Berpartisipasi aktif dalamp proses melahirkan.
Intervensi
1)      Berikan lingkungan tenang,poSisikan ibu untuk kenyamanan.
R/ Menurunkan ketidaknyamanan,memfokus-kan perhatian ibu.
2)      Anjurkan orang terdekat untuk tetap bersama ibu memberikan dukungan dan membantu sesuai kebutuhan.
R/ Memungkinkan partisipasi penuh dari orang pendukung,meningkatkan harga diri,mem-pertahankan kedekatan keluarga,menurun-kan ansiestas,dan memberikan bantuan professional.
3)      Bantu keluarga untuk dapat mengerti tentang informasi mengenai ibu,usahakan keluarga tetap tenang.
R/ Membantu mengurangi kecemasan keluarga dan menolong keluarga mengurangi perasaan sedihnya.
4)      Berikan sedative sesuai anjuran.
R/ Dapat membantu memperlambat kemajuan persalinan dan memungkinkan ibu meningkatkan control

DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Helen. 2005. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
  Manuaba, IBG. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
 Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, R. Prawiro. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
 Saifudin, Abdul dan Rochimhadi Trijatmo . 2007 . Ilmu Kandungan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
 Doenges, Marilynn dan Moorhouse, Mary . 2001 . Rencana Perawatan Maternal / Bayi Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Klien . Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk . 2000 . Kapita Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga . Jakarta : Media Aesculapius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sehati Di Jogjakarta (Keraton Jogjakarta)

Jogjakarta kota pelajar dengan ukiran sejarah yang masih ada di setiap sudut kotanya. Berkunjung ke Jogja merupakan sebuah perjalanan yang s...